Rabu, 16 Oktober 2024

𝗕𝗜𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗕𝗜𝗗𝗔𝗡𝗚𝗡𝗬𝗔

 


𝗕𝗜𝗖𝗔𝗥𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗕𝗜𝗗𝗔𝗡𝗚𝗡𝗬𝗔

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Diantara hal yang sangat tercela namun sayangnya menggejala di zaman kita hari ini adalah banyaknya orang yang lisannya begitu lincah berbicara tentang perkara yang dia sendiri tidak mengetahui ilmunya. Berbicara tanpa landasan ilmu termasuk hal yang sangat merusak bukan hanya kaitannya individu tapi juga masyarakat dan umat.

Terlebih jika pelakunya adalah orang yang ditokohkan, di mana pendukungnya atau kebanyakan orang mengira bahwa ucapannya tersebut adalah benar adanya sebab ketokohannya atau karena dia dianggap orang yang berpengetahuan.

Padahal orang berilmu sekalipun akan tahu di mana dia menempatkan diri, tak sembarang cuap-cuap, karena tentu dia sadar tak semua ilmu dia kuasai. Hal ini sebagaimana pepatah Arab mengatakan :

لكل ميدان فرسان

“Setiap medan itu ada pendekarnya masing-masing.”

Demikian juga disebutkan dalam sebuah riwayat, seorang ulama berkata :

قال إبليس: ‌ليس ‌شيء ‌أشد ‌علي ‌من ‌عالم ‌حليم ‌إن ‌تكلم ‌تكلم ‌بعلم ‌وإن ‌سكت ‌سكت ‌بحلم ويقول إبليس: إذا تكلم فكلامه أشد علي من سكوته

“Iblis berkata : ‘Tiada sesuatu yang lebih berat bagiku dari pada menghadapi orang berilmu nan bijaksana. Jika ia berbicara maka ia berbicara dengan ilmu dan jika ia diam maka ia diam dengan cara yang bijaksana. Iblis berkata lagi : ‘Jika ia berbicara maka itu lebih berat atasku daripada diamnya.”[1]

Berikut ini adalah pengingat dari ayat, hadits dan perkataan ulama agar setiap kita berhati-hati dalam berstatmen, berkomentar apalagi membedah sesuatu tanpa adanya landasan ilmu yang memadai.

Al Qur’an surah al Isra ayat 36 :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Hadits Nabawi, riwayat Bukhari dan Muslim :

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ، وَيَكْثُرَ شُرْبُ الْخَمْرِ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا، وَيُفْتِيَ النَّاسُ بِغَيْرِ عِلْمٍ

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyaknya orang yang minum khamr, dan banyaknya orang yang memberi fatwa tanpa ilmu."

Al Imam Sya’bi rahimahullah berkata :

‌لا ‌أدري ‌نصف ‌العلم

“Mengatakan aku tidak tahu adalah separuh ilmu.”[2]

Al imam Malik rahimahullah berkata :

‌جنة ‌العالم ‌لا ‌أدري فإذا أغفلها أصيبت مقاتله

“Benteng pertahanan orang yang berilmu adalah jawaban aku tidak tahu. Jika seandainya dia keliru mengucapkannya (padahal tahu tapi mengatakan tidak tahu) dia bisa dibenarkan.”[3]

Beliau juga berkata :

من إدالة العالم أن يجيب كل من سأله

“Diantara tanda cacatnya seorang yang berilmu adalah dia mampu menjawab segala sesuatu.”[4]

Al Imam Ishaq bin Manshur rahimahullah berkata :

‌إن ‌الذي ‌يفتي ‌الناس ‌في ‌كل ‌ما ‌يستفتونه ‌لمجنون

“Sesungguhnya hanya orang gila yang bisa berfatwa untuk semua pertanyaan yang diajukan kepadanya.”[5]

Imam al Ghazali rahimahullah berkata :

ولو ينكث من الأيدي من لا يدري لقل الخلاف بين الخلق

"Seandainya orang yang tidak tahu mau diam, maka akan sedikit terjadinya perselisihan di tengah-tengah masyarakat."[6]

Al Imam Ibnu Rajab al Hanbali rahimahullah berkata :

ولقد فتن كثير من المتأخرين بهذا، فظن ان من كثر كلامه وجداله وخصامه فى مسائل الدين فهو أعلم ممن ليس كذلك. وهذا جهل محض

"Orang belakangan ini banyak yang terkecoh, mereka mengira bahwa siapa yang banyak bicara, suka debat dan gemar ribut adu mulut dalam masalah agama itu dianggap lebih alim dibanding orang yang tidak melakukannya. Jelas Ini kebodohan yang nyata !

فليس العلم بكثرة الرواية ولابكثرة المقال. ولكنه نور يقذف فى القلب يفهم به العبد الحق بيميز به بينه وبين تلباطل

Ilmu itu bukanlah tentang siapa yang paling banyak cerita dan bicara. Tapi ilmu itu adalah cahaya yang dengannya seseorang bisa memahami kebenaran, lalu (dengan ilmu itu) dia mampu membedakan antara yang haq dan yang batil." [7]

Al Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah berkata :

من تكلم بغير فنه أتى بالعجائب

“Barangsiapa berbicara tentang sesuatu yang bukan bidangnya, maka ia akan memunculkan banyak keanehan.”[8]

Wallahu a’lam.

_________

[1] Thuyuriyat (3/880)

[2] Musnad ad Darini (1/276)

[3] Siyar A’lam Nubala (8/77)

[4] Jami’ fi Sunan hal. 151

[5] Jami’ li ulum imam Ahmad (5/129)

[6] Qawaid al Hadits min Funun Musthalah al Hadits hal 390

[7] Bayan fi Fadh ilmu Salaf ‘ala Khalaf hal. 57

[8] Fathul Bari (3/584)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar