ππ‘π§ππ₯π πππ’ π¦ππππ‘ππ πππππ¦ππ‘ π‘π¨π₯ π π¨πππ π ππ
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
1. Permasalahan Nur Muhammad yang sedang saya angkat, adalah bab yang saya anggap masuk ke ranah pokok aqidah dan telah jauh menyimpang dari tuntunan Ahlussunnah wal Jama'ah.
Seperti ada yang sampai mengatakan bahwa : (1) Nur Muhammad itu qadim (2) Dia di luar dari ruh Allah (2) Nur itu sumber dari segala makhluk (3)Semua hal termasuk para Nabi berasal dari Nur Muhammad (4) konsep menyatunya makhluk dan khaliq lewat koneksi Nur Muhammad dan hal yang semisalnya.
2. Adapun bahasan printilan semisal apakah nabi Muhammad itu Nur yang dimaksud dalam ayat-ayat al Quran atau bukan, itu bukanlah hal yang urgen untuk kami bahas. Karena kaitannya nanti hanya masalah istilah dan majas, bukan esensi dari masalah Nur itu sendiri.
3. Bahasan kami ini adalah murni ranah ilmiah, paling tidak itu yang sedang saya upayakan. Meski niat yang baik tak menjamin amal pasti baik. Karenanya, jika kemudian ada aroma tendensi atau ketidak validan dalam mengungkap data, silahkan dikoreksi.
Karena ilmu itu jelas ada standar dan ukurannya, bisa diuji dan dinilai. Tapi kalau sudah melibatkan perasaan, like and dislike, itu yang repot.
Karena jelas saya ini bukan siapa-siapa, murni tukang copas yang masih suka belepotan kalau urusan keilmuan. Sehingga siapa pun antum punya hak dan posisi yang sama di hadapan ilmu yang kita agungkan.
Berlaku di antara kita slogan : "Hum rijal wa nahnu rijal (mereka laki-laki, kita juga laki-laki). Bahasa gaulnya : Kalau ente bisa kenapa ane nggak.
4. Adapun sikap kita kepada para ulama tentu tidak bisa demikian. Kita harus sadar diri dan mengedepankan husnudzan. Jika ada ulama memegang satu pendapat, lalu seakan menyelisihi dalil yang kita ketahui, maka jangan buru-buru menvonis : "Tinggalkan yang tidak ma'shum, ikuti yang ma'shum."
Karena bisa jadi ada dalil lainnya yang anda tidak ketahui, atau bisa jadi dalil itu telah salah anda pahami, dan seabrek kemungkinan yang lain.
5. Namun demikian bukan berarti kita jatuh kepada sikap membela yang berlebihan. Fanatik buta. Seakan ulama tidak bisa salah. Benar, sikap skeptis berlebihan kepada ulama itu salah, tapi mengkultuskan mereka seakan tidak bisa keliru, juga bukan hal yang bisa dibenarkan.
Apalagi yang jelas-jelas pendapatnya syadz dan bertentangan dengan dalil yang nyata, yang menyalahkan juga bukan kita, tapi ulama yang kita jadikan sebagai rujukan.
6. Sehingga jangan juga setiap ada pelurusan dimentahkan dengan dalih dan kilah : Ini ada ulamanya lho yang berpendapat begitu, apakah anda lebih hebat dari ulama tersebut ?
Ya boleh saja sih kita mengingatkan agar berhati-hati agar tidak mudah menyalah-nyalahkan pihak lain. Tapi bukankah kebenaran itu diuji bukan dengan tokoh tapi dengan hujjah ?
Selama bedah keilmuan menggunakan kaidah, tak selayaknya dibungkam dengan senjata ketokohan dalam keilmuan.
7. Mengkritisi sebuah pemikiran bukan berarti kita tidak menghormati ulama yang turut memegang dan mengusung pemikiran tersebut. Justru itulah cara kita memuliakan ilmu dan juga para ahlinya, hanya saja dari kotak yang berbeda.
Karena kemuliaan ulama itu tak serta merta jatuh begitu saja, hanya karena ada kekeliruan dalam fatwa atau karya mereka.
Justru dari merekalah kita belajar bagaimana memakai kaidah yang benar dalam beragama.
8. Dan masalah Nur Muhammad ini, kini sudah melebar kemana-mana. Menyasar hal paling mendasar dari pondasi Islam. Bukan sekedar wawasan yang boleh dipercaya atau silahkan saja kalau mau tidak percaya.
Ini sudah menyentuh ranah pokok aqidah. Maka tentu tidak bisa kita biarkan bahasan ini liar diombang ambingkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab atau bahkan hendak merusak kemurnian ajaran Islam.
Jangan sampai kita memilih bungkam karena menganggap ini ranah tasawuf. Atau takut diteriakin Wahabi padahal jelas masalah aqidah itu bukan tentang wahabi atau bukan wahabi.
Akhirnya mereka yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aqidah yang kita yakini, bisa terus leluasa mengobrak-abrik pokok dan pondasi dari ajaran luhur salaf kita. Lalu orang lain itu saat melihat mereka, akan menyangka itulah wajah kita yang sebenarnya....
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar