Rabu, 16 Oktober 2024

π—π—”π—‘π—šπ—”π—‘ π—¦π—’π—ž π—žπ—˜π—₯𝗔𝗦, π—‘π—”π—‘π—§π—œ π— π—˜π— π—˜π—Ÿπ—”π—¦

 


π—π—”π—‘π—šπ—”π—‘ π—¦π—’π—ž π—žπ—˜π—₯𝗔𝗦, π—‘π—”π—‘π—§π—œ π— π—˜π— π—˜π—Ÿπ—”π—¦

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Saya kadang heran dengan diksi yang sering digunakan oleh sebagian pihak untuk mengomentari (tepatnya nyinyir dan ngejek) tulisan atau konten dakwah orang lain :

~ "Mana berani ustadz ini membahas masalah ini.."

~ "Coba kalau berani bahas yang begini..."

~ "Kiyai ini kalau nekad bahas ini, pasti ditinggal sama followersnya..."

Subhanallah. Apa sebenarnya yang ada di kepala mereka ini ? Apa dikira bahwa menyampaikan dakwah dan menerangkan ilmu itu urusannya keras-kerasan dan main nekat-nekatan ?

Bukankah dakwah itu tabiat dasarnya adalah santun dan hikmah ? Bersikap ramah bukan malah meluapkan amarah ? Merangkul bukan dengan memukul ? Mengajak bukan malah mengejek ? Mendidik bukan tujuannya membidik ? Membina bukan dengan menghina ? Menyayangi bukan mau menyaingi ?

Ψ§ُΨ―ْΨΉُ Ψ§ِΩ„ٰΩ‰ Ψ³َΨ¨ِيْΩ„ِ Ψ±َΨ¨ِّΩƒَ Ψ¨ِΨ§Ω„ْΨ­ِΩƒْΩ…َΨ©ِ وَΨ§Ω„ْΩ…َوْΨΉِΨΈَΨ©ِ Ψ§Ω„ْΨ­َΨ³َΩ†َΨ©ِ وَΨ¬َΨ§Ψ―ِΩ„ْΩ‡ُΩ…ْ Ψ¨ِΨ§Ω„َّΨͺِيْ Ω‡ِيَ Ψ§َΨ­ْΨ³َΩ†ُ

"Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik..." (QS. An Nahl : 125)

Dengan jalan hikmah dan kelembutan saja, dakwah ini menghadapi begitu banyak ganjalan, rintangan dan gempuran yang sangat keras, lalu bagaimana lagi kalau yang digunakan adalah cara-cara ala mereka ?

Apa mereka lupa bahwa sekeras dan seteguh apapun kita, orang awam itu jauh lebih keras dan lebih kepala batu. Kalau sudah main nekad dan main seruduk ya jangan salahkan kalau anda diusir, dibubarkan atau ditolak di mana -mana.

Kita tentu tidak sedang membenarkan perilaku persekusi dakwah, tapi kita juga tidak boleh abai dari melakukan instropeksi diri akan adanya hukum sebab akibat. Tidak akan mungkin ada asap jika tidak ada api. Tidak akan mungkin kekerasan itu terjadi kalau kita tidak menjadi pemantik atau menjadi pihak yang mengawali.

Anda jangan sok keras. Entar kalau dibalas dibegituin baru nangis memelas-melas. Ingat sikap lembut dan kalimat santun itu bukan karena sebab takut, apa lagi niat untuk menghindari ujian dalam berdakwah, karena jelas itu hal yang mustahil.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa kebenaran pasti akan musuhi dan dihalang-halangi oleh kebatilan. Nabi yang baik dan lembut saja masih ditolak dan diperangi. Tapi kelembutan itu untuk meminimalisir terjadinya benturan dakwah yang tidak perlu...

Mohon maaf jika nasehat singkat ini terasa keras juga. Saya berusaha melembutkan kata dan memilih diksi agar lebih soft, tapi kalau dirasa masih menampar wajah juga, please jangan balas tampar saya ya...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar