𝗠𝗨𝗧𝗟𝗔𝗞 𝗞𝗥𝗜𝗧𝗜𝗞 𝗞𝗘 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗨𝗔𝗦𝗔 𝗧𝗔𝗞 𝗕𝗢𝗟𝗘𝗛 𝗧𝗘𝗥𝗕𝗨𝗞𝗔 ?
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Ada sebagian kelompok yang memiliki pandangan bahwa nasihat kepada penguasa secara terbuka dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat dan berpotensi menimbulkan kerusakan lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Sehingga mereka menghukumi sebagai perbuatan haram.
Berikut beberapa argumen utama yang diajukan oleh kalangan ini.
1. Hadits yang memerintahkannya secara Sembunyi-sembunyi
Mereka berpegang pada hadis-hadis yang memerintahkan untuk menasihati penguasa secara tertutup. Salah satunya adalah hadis dari Nabi Muhammad ﷺ:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ
"Barangsiapa ingin menasihati penguasa, maka janganlah ia menampakkannya secara terang-terangan. Akan tetapi, hendaklah ia mengambil tangannya dan menyendiri bersamanya.
Jika penguasa itu menerima nasihatnya, maka itu adalah (kebaikan). Jika tidak, maka ia telah melaksanakan kewajibannya." (HR. Ahmad).
2. Kisah Musa dan Fir’aun
Kisah Nabi Musa 'alaihis salam yang diutus oleh Allah ta’ala untuk memberikan peringatan kepada Fir'aun juga menjadi dalil selanjutnya agar menyampaikan nasehat secara baik dan tertutup.
Dalam Surah Taha ayat 43-44, Allah ta’ala berfirman kepada Musa dan Harun untuk mendatangi Fir'aun dan berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Kalangan ini berpendapat bahwa bahkan dalam berhadapan dengan seorang penguasa yang sangat dzalim seperti Fir’aun sekali pun, Allah tetap memerintahkan kedua nabiNya untuk berbicara dengan cara yang lembut, apalagi dalam konteks seorang penguasa Muslim yang masih memiliki kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan secara tertutup dan penuh kelembutan adalah lebih sesuai dengan adab syariat.
3. Nasihat Terbuka Dianggap sebagai Bentuk Khuruj (Pemberontakan)
Salah satu argumen yang kuat dari kalangan ini adalah bahwa nasihat secara terbuka bisa dianggap sebagai bentuk pemberontakan (khuruj) terhadap penguasa yang sah. Mereka berpendapat bahwa ketika kritik disampaikan secara terbuka, terutama di depan masyarakat awam, hal ini dapat memicu ketidakpercayaan kepada penguasa dan berujung pada ketidakstabilan politik.
Pandangan ini didasarkan pada sejarah pemberontakan yang terjadi dalam Islam, di mana nasihat yang tidak dilakukan dengan cara yang benar sering kali mengarah kepada perpecahan dan fitnah yang besar.
Sedangkan seorang muslim dituntut untuk tetap bersabar dalam menghadapi kedzaliman penguasa mereka. Dalam hadits, dari sahabat Hudzaifah al Yamani radhiyallahu’anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهَدْيِي، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ». قلتُ: كيف أصنعُ يا رسولَ الله إنْ أدركتُ ذلك؟ قال: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
"Akan ada setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku, dan akan ada di antara mereka orang-orang yang berhati seperti hati setan dalam tubuh manusia."
Aku bertanya: "Apa yang harus aku lakukan jika aku menemui keadaan seperti itu, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Engkau dengarkan dan taatilah pemimpin, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil, dengarkan dan taatilah." (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain :
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ « لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.”
Kemudian ada yang berkata, ”Wahai Rasulullah, tidakkah kita menentang mereka dengan pedang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci, maka bencilah amalannya dan janganlah melepas ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim)
4. Menyamakan dengan demonstrasi yang dianggap mendatangkan kerusakan
Sebagian kalangan ini juga menyamakan nasihat terbuka itu dengan demonstrasi yang sering dianggap mendatangkan kerusakan dan keresahan di tengah masyarakat. Mereka menilai bahwa demonstrasi dan kritik terbuka tidak sejalan dengan etika syariat, karena dapat memicu kebencian, memecah belah persatuan umat, dan mengakibatkan kerusakan yang lebih besar.
Bahkan, mereka menyebutkan bahwa demonstrasi yang dilakukan dengan tujuan menasihati penguasa sering kali berakhir dengan bentrokan, kerusuhan, dan ketidakamanan, sehingga hasilnya jauh lebih buruk dibandingkan dengan tujuan awal yang ingin dicapai.
5. Mengikuti Prinsip yang Diajarkan oleh Ulama Salaf
Yang menjadi alasan selanjutnya adalah bahwa para ulama salaf dan imam-imam kaum muslimin seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Sufyan ats Tsauri dan deretan nama lainnya lebih memilih menasihati penguasa secara tertutup.
Hal ini karena mereka sangat berhati-hati terhadap dampak buruk yang dapat timbul dari tindakan tersebut, khususnya pada masa-masa sensitif di mana perpecahan dan fitnah sangat mudah menyebar. Dalam pandangan mereka, tindakan menasihati secara terbuka yang dapat memicu keresahan tidak sesuai dengan metode yang dianut oleh para ulama salaf, yang lebih mengutamakan keamanan dan kestabilan.
𝗝𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗮𝗿𝗴𝘂𝗺𝗲𝗻 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗲𝗯𝘂𝘁
Apa yang telah dijabarkan di atas yang menjadi argument kalangan yang melarang mengkritik atau menasehati penguasa secara terbuka, telah dibantah oleh para ulama dan telah ditunjukkan beberapa sisi kelemahan pendalilan yang mereka gunakan....
Ingin menyimak bahasan ini secara lengkap dari A sampai Z ? Segera terbit buku tulisan kami yang berjudul : BERDIRI TEGAK DI HADAPAN PENGUASA - ketika nasehat harus terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar