𝗣𝗔𝗥𝗔 𝗣𝗘𝗠𝗕𝗘𝗟𝗔 𝗜𝗕𝗡𝗨 𝗔𝗥𝗔𝗕𝗜
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Sebenarnya para pembela Ibnu Arabi secara umum terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama mereka yang melakukan pembelaan terhadap pemikiran tokoh yang kontroversial ini dari berbagai tuduhan sesat lawan-lawannya.
Pembelaan mereka berkisar di dua point : (1) Mengatakan bahwa perkataan Ibnu Arabi yang menyelisihi syariat itu harus dipahami dengan majas atau konteks tertentu (2) Mengatakan bahwa kesesatan itu disisipkan oleh Yahudi atau musuh-musuhnya yang hendak mencemarkan namanya.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang membelanya dari tuduhan pengkafiran atau murtad tanpa menafikan adanya sebagian kekeliruan dalam pemikirannya. Atau mereka mengatakan agar kitabnya tidak dipelajari kecuali oleh mereka yang telah memiliki kemampuan untuk menelaah dengan baik. Baik itu kaitannya mengetahui maksud-maksud ucapan Ibnu Arabi secara majas, atau mengetahui kemungkinan yang termuat adalah sesuatu yang disusupkan ke dalam kitabnya.
Berbeda dengan kelompok pertama, mereka yang menolak vonis kafir terhadap Ibnu Arabi, mengakui adanya kesalahan dan kekeliruan yang dilakukannya, terutama dalam beberapa konsep keyakinannya dalam ranah tasawuf. Tetapi kesalahan ini tidak sepantasnya menyebabkan Ibnu Arabi dihukumi murtad, karena masih ada peluang udzur yang memungkinkan pelakunya selamat dari kekafiran. Kalangan kedua ini juga mengakui bila tokoh ini memiliki sumbangsih dan jasa yang besar bagi umat Islam lewat karya-karyanya yang lain.
Syaikh Zakariya al Anshari rahimahullah (926 H) :
أي : تكفير ابن المقري لابن عربي بحسب ما فهمه كبعضهم من ظاهر كلامهم ، والحق أنهم مسلمون أخيار وكلامهم جار على اصطلاحهم كسائر الصوفية وهو حقيقةٌ عندهم في مرادهم وإن افتقر عند غيرهم ممن لو اعتقد ظاهره كَفَر
“Dan itu (yaitu Ibnu Muqri menyebut Ibnu Arabi sebagai orang kafir) tidak lain hanya menurut pemahamannya, sebagaimana sebagian dari mereka melakukannya karena hanya memaknai lahiriah dari ucapan Ibnu Arabi. Dan yang benar mereka (Ibnu Arabi dan orang semisalnnya) adalah termasuk orang beriman yang terbaik dan kata-kata mereka selaras dengan terminologi mereka seperti para Sufi lainnya.
Dan makna-makna ucapan mereka adalah sesuai dengan yang mereka maksudkan bahkan jika itu mengharuskan orang lain untuk menafsirkannya, karena jika mereka hanya memahami yang lahiriah, itu memang bisa menyebabkan kekufuran.”[1]
Imam as Suyuthi berkata rahimahullah (911 H) :
وقد سئل شيخنا شيخ الإسلام، بقية المجتهدين شرف الدين المناوي عن ابن عربي، فأجاب بما حاصله: إن السكوتَ عنه أسلم وهذا هو اللائق بكل وَرِع
“Syaikh kami, syaikhul islam al Mujtahid Syarafuddin al Munawi juga pernah ditanya tentang Ibnu ‘Arabi, beliau menjawab yang intinya bahwa diam lebih selamat, ini pendapat yang paling layak bagi seseorang yang ingin menyelamatkan dirinya.”[2]
Beliau juga berkata :
والقول الفصل عندي في ابن عربي طريقة لا يرضاها فرقة أهل العصر ممن يعتقده ولا ممن ينكر عليه، وهي اعتقاد ولايته، ويحرم النظر في كتبه
“Pendapat final saya terkait Ibnu ‘Arabī adalah mengambil jalan yang tidak disenangi kelompok yang mempercayai beliau di zaman sekarang dan tidak juga disenangi mereka yang mengkritik beliau, yakni : Meyakini kewaliannya, tapi haram mengkaji kitab-kitabnya.”[3]
Al imam Ibnu Hajar al Haitami rahimahullah (974 H) :
كما شاهدناه في أناس جهال أدمنوا مطالعتها فخلعوا ربقة الإسلام والتكليفات الشرعية من أعناقهم وأفضى بهم الحال إلى الوقوع في شرك الشرك الأكبر فخسروا الدنيا والآخرة ذلك هو الخسران المبين
“Kami telah menyaksikan adanya orang-orang bodoh yang kecanduan mengkaji buku-buku tersebut (karya Ibnu Arabi). Akibatnya mereka melepaskan ikatan Islam dan ikatan beban untuk menjalankan syariat. Kondisi tersebut mengantarkan mereka terjatuh pada kesyirikan yang besar sehingga mereka rugi dunia dan juga akhirat, sungguh ini adalah kerugian yang nyata.”[4]
Syaikh Alauddin Hasfaki rahimahullah (1008 H) :
نعم فيه كلمات تباين الشريعة فتكلف بعض المتصلفين إرجاعها إلى الشرع ، ولكن الذي تيقنته أن بعض اليهود افتراها على الشيخ .فيجب الاحتياط بترك مطالعة تلك الكلمات، وقد صدر أمر سلطاني بالنهي فيجب الاجتناب من كل وجه
“Ya, dalam kitabnya ada yang tak bersesuaian dengan syariat dan ada sebagian orang-orang yang kelewat batas berusaha mengembalikan itu kepada syariat. Tapi menurut keyakinan ku ada sebagian orang-orang Yahudi yang sengaja memfitnah atas syaikh (Ibnu Arabi). Maka wajib untuk berhati-hati saat mengkaji ajarannya. Dan penguasa telah melarang ini, maka hendaknya untuk menjauhinya.”[5]
Sa’id Ramadhan al Buthi rahimahullah (1434 H)
Dalam sebuah tayangan selepas shalat Shubuh di Jami al-Buthi, seseorang bertanya kepada syaikh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi mengenai Ibnu ‘Arabi dan kontroversi seputar tokoh besar itu.
Syaikh menjawab, “Beliau (Ibnu ‘Arabi) adalah al imam al-Akbar yang telah dicemarkan namanya. Kaum bathiniyah dari kalangan Ismailiyah telah menyusupkan perkataan-perkataan bathil ke dalam kitab-kitab karangan beliau. Dan sekarang kaum Wahabi sering mengkafirkan beliau berdasarkan isi kitab-kitab itu.”
Dar Ifta’Mishriyah (Lembaga Fatwa Mesir) :
هل ثبت عندك أنه كافر؟ فإن قال: كتبه تدل على كفره..لا سبيل إليه؛ لعدم سندٍ يعتمد عليه في مثل ذلك، ولا عبرة بالاستفاضة؛ لأنه على تقدير ثبوت أصل الكتاب عنه فلا بد من ثبوت كل كلمة كلمة؛ لاحتمال أن يُدَسَّ في الكتاب ما ليس من كلامه من عدوٍ أو ملحدٍ
“Apakah telah pasti di sisimu dia telah kafir ? Kalau ada yang berkata : ‘Kitab-kitabnya menunjukkan akan kekafirannya.’ Tidak ada jalan untuk menuduh seperti itu, karena tidak adanya bukti berupa sanad yang kuat tentang hal tersebut dan untuk mengambil kesimpulan pastinya. Karena untuk menentukan sebuah kitab itu pasti karya dia harus ditempuh dengan meneliti kalimat perkalimat. Dan tidak dinafikan adanya kemungkinan di dalam kitabnya telah disisipi perkataan musuhnya atau orang-orang atheis (yang ingin merusak citra Ibnu Arabi).[6]
Syaikh Ali Jum’ah hafidzahullah :
ولكن الأكابر من العلماء الذين تعمقوا وقرؤوا وفهموا عرفوا أن الرجل يستحق أن يكون الشيخ الأكبر، يجب علينا أن نفهم هذا أما من ذهب إلى تكفيره فهم قلة لم يفهموا العبارة او قد دس عليه
"Tetapi pembesar para ulama yang benar-benar menyelami, membaca dan memahami, mereka tahu bahwa Ibnu Arabi memang layak mendapatkan gelar seorang maha guru, Tentu kita harus memahami hal ini. Adapun ulama yang sampai mengkafirkan itu jumlahnya sedikit. Karena mereka tidak memahami ungkapannya. Atau bisa jadi memang ada yang dipalsukan (dalam karyanya).”[7]
𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗹𝗮 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗔𝗿𝗮𝗯𝗶
Berikut di antara kitab yang membela Ibnu Arabi :
1. Lawami’ al Anwar fi ar Rad ‘ala Man Ankara ‘Ala al Arifin Lathaif al Asrar (Cahaya terang dalam membantah orang yang menolak keberadaan rahasia-rahasia spiritual para Arifin) karya Sirajuddin Umar bin Ismail bin Ahmad al Hindi.
2. Al Qaulul Mubin fi ar Rad ‘an asy-Syaikh Muhyiddin (Perkataan yang jelas dalam membela terhadap Syaikh Muḥyiddīn) karya Abdul Wahab asy Sya’rani.
3. Tanbih al-Ghabi bi Tabriah bin ‘Arabi (Peringatan bagi orang awam atas terbebasnya Ibnu Arabi) karya imam Suyuthi.
4. Miftah al Wujud al Asyhar fi Taujih Kalam asy Syaikh al Akbar (Kunci eksistensi yang terkenal dalam menjelaskan perkataan Syaikh al Akbar) karya Abdullah ash-Shalahi.
Bersambung…
Wallahu a'lam
___________
[1] Miftāḥ al Wujud alAshhar fī Tawjih Kalam as Shaykh al Akbar hal. 124
[2] Tanbihul Ghabi hal. 20
[3] Tanbihul Ghabi hal. 20
[4] Al Fatawa al Haditsiyah hal. 210
[5] Dar al Mukhtar hal. 347
[6] Fatwa No : 4271 tahun 2006
[7] Termuat di beberapa chanel Youtube dan situs resmi beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar