Selasa, 22 Oktober 2024

π——π—”π—žπ—ͺ𝗔𝗛 π—Ÿπ—˜π— π—•π—¨π—§ 𝗩𝗦 π—žπ—˜π—₯𝗔𝗦

 


π——π—”π—žπ—ͺ𝗔𝗛 π—Ÿπ—˜π— π—•π—¨π—§ 𝗩𝗦 π—žπ—˜π—₯𝗔𝗦

 

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

 

Kita menghargai dakwah yang tegas, namun bukan berarti dakwah yang lemah lembut boleh kita remehkan. Terkadang ada hal yang memang membutuhkan ketegasan dalam menanganinya, namun tak sedikit sikap lemah lembut dan langkah persuasif lebih mampu untuk menyelesaikannya.

 

Ketegasan umumnya butuh keberanian dan kekuatan, idealnya yang bisa tegas itu yang punya power bukan yang hanya modal ahli menyeruduk.

Karena kalau cuma modal keras-kerasan orang awam itu lebih keras. Akhirnya malah nanti si dai yang dipaksa damai pakai materai.

 

Demikian juga jangan dikira yang menempuh jalan lembut hanya karena ingin main aman. Kelembutan itu juga butuh kesabaran dan kedalaman ilmu, karena kalau tidak justru bukan membenahi atau menyelesaikan masalah, tapi malah menjadi bagian dari masalah itu sendiri.

 

Intinya jangan meremehkan metode dakwah siapa pun dan kelompok mana pun. Mengingatkan itu memang penting, tapi jangan merasa menjadi yang paling penting lagi berjasa dalam dakwah dan islahul ummah.

 

Jangan dikira ustadz, kiyai atau da'i yang mau mengisi acara semisal maulid itu hanya diam saja apalagi kita tuduh mendukung dan sengaja menutup mata terhadap pelanggaran yang ada.

 

Mereka juga tak jemu-jemunya mengingatkan umat, menasehati bahkan dalam beberapa kondisi mereka bersikap sangat tegas, bahkan lebih keras dari yang bisa dilakukan oleh da'i yang bersuara dari luar.

 

Berapa kali saya dapati adanya kiyai yang langsung menghardik jama'ah yang bertingkah tak patut di majelis maulid. Bahkan ada yang mengancam pulang tak jadi manggung jika acara tidak ditertibkan.

 

Maka hanya mengangkat sebagian kecil yang error lalu melupakan andil sebagian besar yang masih tetap lurus dan jujur dalam dakwah, tentu bukan sesuatu yang bisa dibenarkan.

 

Mari kita saling melengkapi dalam rimba dakwah yang tantangannya sudah sangat sulit dan berat ini, jangan diperumit dengan sikap kita yang bertingkah kekanak-kanakan atau malah sebaliknya, begitu ringkih dan pikun terhadap hak saudaranya yang lain.

 

Daripada energi kita habis untuk saling hantam sesama korps dai, akan lebih produktif bila kita saling sokong dan saling mendukung, bekerja dalam sebuah derap langkah yang saling asah, asih dan asuh.

 

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar