Ahmad Syahrin Thoriq
𝗡𝗜𝗞𝗠𝗔𝗧 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗘𝗦𝗔𝗥 𝗔𝗧𝗔𝗦 𝗞𝗘𝗟𝗔𝗛𝗜𝗥𝗔𝗡𝗡𝗬𝗔
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatNya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Ibnu Abbas radhiayallahu ’anhuma ketika menafsirkan ayat tersebut berkata : “Yang dimaksud dengan karunia dari Allah adalah ilmu agama, dan yang dimaksud dengan rahmatNya adalah Nabi shalallahu’alaihi wassalam.”[1]
Al imam Ibnu Rajab al Hanbali rahimahullah berkata :
فإنّ أعظم نعم الله على هذه الأمّة إظهار محمد صلّى الله عليه وسلّم لهم وبعثته وإرساله إليهم
“Sesungguhnya dari sebesar-besarnya nikmat Allah atas umat ini adalah kelahiran Nabi shalallahu’alaihi wassalam dan diutusnya beliau dengan membawa risalah kepada mereka.”[2]
Al imam Suyuthi rahimahullah berkata :
وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي صلى الله عليه وسلم الذي هو نبي الرحمة في ذلك اليوم
“Adakah kiranya nikmat yang lebih besar dari dilahirkannya Nabi shalallahu’alaihi wassalam sang pembawa kasih sayang pada hari tersebut ?”[3]
Baqi bin Mukhlid rahimahullah berkata :
أن إبليس رن أربع رنات رنة حين لعن ورنة حين أهبط ورنة حين بعث رسول الله صلى الله عليه وسلم ورنة حين أنزلت فاتحة الكتاب
"Sesungguhnya Iblis menjerit sambil menangis pada empat kejadian : Ketika dilaknat oleh Allah, ketika diusir, ketika diutusnya Nabi Muhammad, dan ketika diturunkan surah al Fatihah."[4]
Syaikh Wahbah Zuhaili rahimahullah berkata :
وكان من أعظم النعم على المؤمنين: بعثة النبي المصطفى صلوات الله وسلامه عليه، إذ أرسله ربه رحمة للعالمين
“Dan adalah termasuk nikmat yang paling agung yang diberikan kepada orang-orang yang beriman adalah diutusnya Nabi shalallahu’alaihi wassalam, karena beliau diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam.”[5]
Wallahu a’lam
_____________
[1] Zadul Masir (2/336)
[2] Latahif al Ma’arif hal. 173
[3] Al Hawi lil Fatawa (1/229)
[4] Akamul Marjan hal. 234
[5] Tafsir al Wasith (1/257)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar