𝗨𝗟𝗔𝗠𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗕𝗘𝗟𝗔𝗝𝗔𝗥 𝗗𝗜 𝗨𝗦𝗜𝗔 𝗧𝗨𝗔
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Tidak ada batasan usia untuk menuntut ilmu agama. Pepatah populer "Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi" sering kali berkonotasi negatif, menggambarkan perilaku yang tidak terpuji. Namun, jika kita tinjau dari sudut pandang yang lebih positif, pepatah ini sesungguhnya bisa mencerminkan semangat tak tergoyahkan dari para ulama dalam menuntut ilmu, meskipun usia mereka sudah lanjut.
Mereka membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang, melainkan justru menjadi motivasi untuk terus memperdalam ilmu agama, memupuk kebijaksanaan, dan menyempurnakan amal.
Tidak semua ulama memulai perjalanan ilmunya sejak usia dini seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad, atau Imam Nawawi dan kebanyakan ulama lainnya yang sudah menuntut ilmu sejak masa kanak-kanak. Sebagian ulama justru memulai belajarnya di usia yang lebih tua, bahkan bisa dikatakan terlambat dibandingkan yang lainnya. Meskipun terlambat, hal itu tidak menghentikan mereka untuk meraih derajat ulama besar.
Alasan umur tidak menjadi udzur bagi mereka, justru menjadi pemacu dalam menggapai kedalaman ilmu. Mereka adalah teladan bagi kita, bahwa belajar tidak pernah mengenal kata terlambat, dan kesungguhan untuk terus menimba ilmu adalah jalan menuju kejayaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Berikut di antara ulama-ulama masyhur yang bisa dikatakan terlambat belajar agama. Alasan umur tidak menjadi udzur bagi mereka untuk terus belajar. Riwayat mereka kami sarikan dari beberapa kitab di antaranya : Siyar a’lam Nubala karya imam adz Dzahabi, Tabaqat al Fuqaha karya al imam Ibnu Abi Ya’la dan Tarikh al Baghdadi karya al imam Khatib al Baghdadi.
𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗛𝗮𝘇𝗺 𝗮𝗹-𝗔𝗻𝗱𝗮𝗹𝘂𝘀𝗶
Siapa pun pasti tidak asing dengan nama yang satu ini. Pengarang kitab-kitab bestseller seperti al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, al-Muhalla, dan yang sangat fenomenal, Tauqul Hamamah (Di Bawah Naungan Cinta), yang dikaji bukan hanya oleh umat Muslim, tetapi juga di universitas besar di Barat hari ini.
Tauqul Hamamah adalah sebuah karya luar biasa, sampai-sampai sebagian ulama mengatakan bahwa seseorang tidak dikatakan ahli syair dan memahami hakikat cinta sampai ia telah membaca Tauqul Hamamah. Ternyata, Ibnu Hazm baru menekuni ilmu keislaman di usia 26 tahun.
𝗔𝗯𝘂𝗹 𝗪𝗮𝗹𝗶𝗱 𝗮𝗹-𝗕𝗮𝗷𝗶
Siapa pun yang bermazhab Maliki atau telah menyentuh kitab perbandingan mazhab fiqih pasti tidak asing dengan nama yang satu ini. Al-Baji adalah ulama besar Mazhab Malikiyyah yang merupakan penulis kitab al-Muntaqa’ syarah al-Muwatha’, yang disebut-sebut sebagai syarah terbaik dalam mazhab Maliki. Al-Baji rahimahullah mendalami ilmu agama di usia 40 tahun.
Profesi beliau sebagai petugas keamanan tidak menghalanginya untuk giat belajar. Di bawah penerangan lampu jalanan ketika berjaga, beliau mengulang ilmu dan hafalan yang didapat di siang hari dari para ulama. Allah pun tidak menyia-nyiakan usahanya, sehingga karya-karyanya hingga hari ini menjadi rujukan umat.
𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗧𝗶𝗿𝗺𝗶𝗱𝘇𝗶
Abu Isa, atau yang lebih kita kenal sebagai Imam Tirmidzi, adalah salah satu ulama besar di bidang hadits. Kitabnya, Sunan At-Tirmidzi, menjadi salah satu dari enam kitab hadits yang paling diakui dan dipelajari oleh umat Islam, menjadikannya sebagai referensi wajib bagi setiap penuntut ilmu hadits.
Meskipun dikenal sebagai ulama besar, ternyata Imam Tirmidzi baru mulai menekuni ilmu secara serius, khususnya di bidang hadits, setelah berusia 26 tahun.
Seperti banyak ulama lainnya yang memulai di usia yang lebih dewasa, Imam Tirmidzi juga menghadapi berbagai tantangan dalam menuntut ilmu. Salah satu tantangan yang umum dihadapi oleh penuntut ilmu di usia yang lebih dewasa adalah kesulitan dalam menghafal dan mengejar ketertinggalan dari para penuntut ilmu yang lebih muda.
Namun, hal ini tidak mengurangi semangat Imam Tirmidzi. Beliau dikenal sangat gigih, rajin bepergian untuk belajar dari berbagai ulama hadits terkemuka, seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim, hingga akhirnya mencapai keilmuan yang diakui dan dihormati di seluruh dunia Islam.
𝗔𝗹 𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗮𝗹 𝗞𝗶𝘀𝗮’𝗶
Beliau al imam Al-Kisa’i memulai perjalanan menuntut ilmunya di usia 40 tahun, suatu usia yang bagi banyak orang dianggap terlambat untuk belajar. Beliau, yang kemudian dikenal sebagai salah satu dari tujuh imam qira'at, menghadapi banyak tantangan dalam upayanya meraih ilmu, khususnya di masa-masa awal.
Meskipun usianya tidak lagi muda, Al-Kisa’i tidak membiarkan hambatan itu menyurutkan semangatnya. Diceritakan bahwa beliau mengalami kesulitan besar dalam menghafal dan memahami, seringkali tertinggal dibandingkan dengan para penuntut ilmu yang lebih muda. Dikatakan dalam sehari sang imam hanya bisa menghafal lima kosa kata saja.
Namun, satu kisah yang terkenal adalah ketika Al-Kisa’i mengalami kesulitan memahami satu masalah bahasa Arab yang rumit. Beliau begitu frustrasi sehingga pergi ke gurunya dengan hati yang berat, mengadukan kesulitannya. Gurunya dengan sabar menyarankan Al-Kisa’i untuk tidak menyerah, dan malah mendorongnya untuk terus mengulang pelajaran tersebut.
Dengan tekad yang kuat, Al-Kisa’i pun mengikuti nasihat tersebut. Beliau mengulang pelajaran itu sampai berkali-kali, dan seiring waktu, kesulitan yang awalnya terasa begitu berat pun mulai teratasi. Ketekunan dan kesabaran beliau akhirnya membuahkan hasil yang luar
𝗭𝗮𝗸𝗮𝗿𝗶𝘆𝗮 𝗮𝗹 𝗔𝗻𝘀𝗵𝗮𝗿𝗶
Di antara ulama yang terlambat memulai menuntut ilmu adalah Syaikhul Islam Zakariya al-Ansari, rahimahullah. Beliau baru memulai menekuni ilmu pada usia 26 tahun. Meskipun terlambat dibandingkan dengan sebagian ulama lainnya, semangat dan kegigihan Zakariya al-Ansari dalam menuntut ilmu membawa beliau kepada kedudukan yang sangat tinggi di dunia keilmuan Islam.
Ada sebuah kisah menarik yang menggambarkan tekadnya. Suatu hari, ketika Zakariya al-Ansari berjalan di pasar, pandangannya tertuju pada sebuah toko yang menjual abaya (pakaian luaran panjang atau bisht). Beliau masuk ke toko tersebut dan terpikat dengan salah satu abaya.
Ketika beliau mengenakannya, pemilik toko datang dalam keadaan marah dan meminta beliau segera melepasnya, karena abaya itu ternyata dikhususkan untuk seorang ulama yang bergelar Syaikhul Islam pada zamannya. Mendengar ucapan itu, Zakariya al-Ansari merasa tersentuh dan termotivasi. Ucapan tersebut justru menjadi pemicu kuat dalam dirinya untuk suatu hari bisa meraih kedudukan tersebut.
Dengan usaha keras dan dedikasi yang luar biasa, Zakariya al-Ansari akhirnya berhasil mencapai cita-citanya dan menjadi salah satu ulama yang bergelar Syaikhul Islam yang sangat dihormati.
𝗦𝗵𝗮𝗹𝗶𝗵 𝗯𝗶𝗻 𝗞𝗮𝗶𝘀𝗮𝗻
Mungkin sebagian dari kita masih asing dengan nama yang satu ini. Namun, bagaimana jika disebutkan nama Umar bin Abdul Aziz? Kita pasti mengenalnya. Shalih bin Kaisan adalah guru dari khalifah yang lurus, Umar bin Abdul Aziz. Keluasan ilmu dan kezuhudan Umar bin Abdul Aziz adalah hasil didikan dan bimbingan Shalih bin Kaisan rahimahullah ta’ala.
Tidak hanya itu, para ulama hadits yang namanya tercantum dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, sebagian besar adalah murid-murid dari Imam Shalih bin Kaisan. Al-Imam Shalih bin Kaisan baru mulai belajar hadits di usia 40 tahun, dan terus belajar sampai kewafatannya di usia lebih dari 140 tahun.
Karena beratnya menghafal di usia tua, menurut riwayat beliau awalnya hanya mampu menghafal tiga kata dalam semalam suntuk. Sampai kemudian beliau mampu menghafal beberapa halaman dalam waktu yang singkat.
•┈┈•••○○❁𝐀𝐒𝐓❁○○•••┈┈•
Masih banyak lagi deretan nama-nama ulama lainnya yang gigih belajar di usia tua, seperti al imam Ibnu Asakir, Abu Bakar al-Qaffal al-Marwazi, Imam al-Baqilani, Hasan bin Ziyad, dan lainnya. Diriwayatkan bahwa ada yang bertanya pada Imam Ibnul Mubarak, “Sampai kapan engkau menuntut ilmu?” Beliau menjawab, “Sampai mati, insyaallah.”
Hal ini juga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
وقد تعلم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم في كبر سنهم
"𝘗𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘕𝘢𝘣𝘪 𝘴𝘩𝘢𝘭𝘭𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶 ‘𝘢𝘭𝘢𝘪𝘩𝘪 𝘸𝘢𝘴𝘢𝘭𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢." (Faidh al bari, 1/254)
Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti belajar. Usia bukanlah penghalang, melainkan justru menjadi penyemangat untuk terus mengasah diri dan memperdalam ilmu, baik untuk kehidupan dunia maupun sebagai bekal di akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar