𝗕𝗔𝗚𝗜𝗔𝗡 𝗞𝗘 𝗜𝗜𝗜: 𝗕𝗨𝗞𝗧𝗜 𝗜𝗠𝗔𝗠 𝗡𝗔𝗪𝗔𝗪𝗜 𝗦𝗘𝗢𝗥𝗔𝗡𝗚 𝗔𝗦𝗬’𝗔𝗥𝗜
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Al imam Nawawi adalah seorang ulama besar yang digelari dengan julukan muhyiddin (sang penghidupnya agama). Dan beliau adalah pemilik karya-karya besar yang sangat popular hingga hari ini seperti kitab Riyadusshalihin, syarah Shahih Muslim, al Adzkar dan lainnya.
Berikut ini adalah diantara bukti yang bisa kami kemukakan, sebagai dasar tulisan ketika memasukkan beliau termasuk kelompok ulama yang dalam Aqidah mengikuti madzhab Asy’ariyah.
Sekedar disclamer bahwa sangat mungkin setelah membaca sampai selesai kita tetap berbeda pendapat dalam menilai madzhab beliau, dan itu tidaklah masalah. Asalkan kami tidak anda tuduh hanya asal main comot tanpa pertimbangan data yang bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
𝗕𝘂𝗸𝘁𝗶 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮 : 𝗸𝗲𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶𝗮𝗻 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮-𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗹𝗮𝗶𝗻𝗻𝘆𝗮
Al imam adz Dzahabi rahimahullah berkata :
والنووي رجل أشعري العقيدة معروف بذلك، يبدع من خالفه ويبالغ في التغليظ عليه
"Dan an Nawawi adalah seorang yang berakidah Asy’ari, tentang hal itu sudah sangat dikenal. Dia membid’ahkan orang yang menyelisihinya dan sangat keras dalam bersikap terhadap penentang Asy’ariyah."[1]
Al imam Taqiyuddin as Subki rahimahullah berkata :
فإن النووي أشعري العقيدة
“Sesungguhnya an Nawawi bermadzhab Asy’ari dalam Aqidah.”[2]
Al imam Munawi rahimahullah berkata :
فإن النووي أشعري
“Sesungguhnya an Nawawi bermadzhab Asy’ari.”[3]
𝗕𝘂𝗸𝘁𝗶 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮 : 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗮𝗸𝘂𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗹𝗶𝗮𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶
Imam Nawawi dalam karyanya Bustan al Arifin menyebut Imam Abu al Hasan al-Asy'ari sebagai salah satu imamnya :
ومن المشهودين بكثرة التصنيف إمامنا الإمام أبو عبد الله محمد بن إدريس الشافعي والإمام أبو الحسن الأشعري رضي الله تعالى عنهما
Artinya: "Di antara yang dikenal dengan banyak karangannya adalah imam kita, Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i dan Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari, semoga Allah meridhai keduanya."[4]
Beliau juga berkata :
كان الأستاذ أحد الثلاثة الذين اجتمعوا فى عصر واحد على نصر مذهب الحديث والسنة فى المسائل الكلامية، القائمين بنصرة مذهب الشيخ أبى الحسن الأشعرى، وهم الأستاذ أبو إسحاق الإسفراينى، والقاضى أبو بكر الباقلانى، والإمام أبو بكر بن فورك
"Sang guru adalah salah satu dari tiga tokoh yang hidup pada masa yang sama dan berjuang untuk membela mazhab hadis dan sunnah dalam persoalan ilmu kalam. Mereka adalah tokoh yang mendukung mazhab Syaikh Abu al Hasan al Asy’ari. Mereka adalah al ustadz Abu Ishaq al Isfara'ini, al Qadhi Abu Bakr al Baqillani, dan Imam Abu Bakr bin Furak."[5]
𝗕𝘂𝗸𝘁𝗶 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮 : 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿 𝗱𝗶 𝗟𝗲𝗺𝗯𝗮𝗴𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝘆𝗮𝗿𝗮𝘁 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗱𝘇𝗵𝗮𝗯 𝗔𝘀𝘆’𝗮𝗿𝗶𝘆𝗮𝗵
Disebutkan bahwa Madrasah Darul Hadits al Asrifiyah menetapkan syarat bahwa semua pengajarnya harus bermadzhab Aqidah Asy’ariyah. Dan imam Nawawi bukan sekedar pengajar, namun pernah menjabat sebagai mudirnya. Disebutkan :
وهذه المدرسة وليها … الإمام ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ والحافظ المزي الذي ﻛﺘﺐ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ أﻧﻪ أﺷﻌﺮﻱ ﻗﺒﻞ أﻥ ﻳﻠﻲ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ الأﺷﺮﻓﻴﺔ .
"Dan madrasah ini pernah dipimpin oleh imam An Nawawi dan al Hafizh al Mizzi, yang menuliskan pada dirinya sendiri bahwa ia adalah seorang Asy’ari sebelum memimpin Dar al Hadits al Asyrafiyah.”[6]
𝗕𝘂𝗸𝘁𝗶 𝗸𝗲𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 : 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗸𝗶𝗿𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮
Di antara ciri yang paling kuat dalam madzhab Asy’ariyah adalah diterimanya metode Tafwidh sebagai yang paling unggul dan dibolehkannya takwil jika dibutuhkan. Dan jika kita membaca kitab-kitab karya sang imam kita akan ketahui bahwa beliau mengikuti metode madzhab Asy’ari dalam perkara ini, semisal ucapan beliau :
هذا الحديث من أحاديث الصفات وفيها مذهبان تقدم ذكرهما مرات في كتاب الإيمان أحدهما الإيمان به من غير خوض في معناه مع اعتقاد أن الله تعالى ليس كمثله شيء وتنزيهه عن سمات المخلوقات والثاني تأويله بما يليق به
“Hadits ini termasuk dalam hadits-hadits sifat. Mengenainya ada dua pendapat yang telah disebutkan berulang kali dalam Kitab al Iman. Pendapat pertama adalah beriman kepadanya tanpa membahas maknanya, dengan keyakinan bahwa 'Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya' dan mensucikan-Nya dari sifat-sifat makhluk. Pendapat kedua adalah mentakwilkannya dengan makna yang sesuai…”[7]
𝗕𝘂𝗸𝘁𝗶 𝗸𝗲𝗹𝗶𝗺𝗮 : 𝗕𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗮𝗸𝘂𝗶 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗽𝗶𝗵𝗮𝗸 “𝗹𝗮𝘄𝗮𝗻”
Tentang posisi beliau sebagai pengikut madzhab Asy’ari dalam Aqidah bahkan juga diakui oleh ulama-ulama dari madzhab lain. Di antaranya adalah apa yang dinyatakan oleh Syaikh al Albani rahimahullah :
مثل النووي وابن حجر العسقلاني وأمثالهم فهُم من الظلم أن يقال عنهم إنهم من أهل البدعة، أنا أعرف أنهما من الأشاعرة
“Merupakan suatu kezaliman jika dikatakan tentang an Nawawi, Ibnu Hajar al Asqalani dan orang yang semisal mereka dengan julukan ahli bid’ah. Meskipun saya mengetahui bahwa keduanya termasuk golongan Asy’ariyah."[8]
As Silafi rahimahullah berkata :
كان الإِمام النووي رحمه الله أشعري المعتقد، كثير التأويل لنصوص الكتاب والسنة عن ظواهرها. ولا يخفى هذا على من له أدنى إلمام بشرحه لصحيح الإِمام مسلم رحمه الله
"Imam an Nawawi rahimahullah adalah seorang yang berakidah Asy’ari, banyak melakukan takwil terhadap teks-teks Al Qur'an dan Sunnah dari makna lahiriahnya. Hal ini tidaklah samar bagi siapa saja yang memiliki pengetahuan dasar tentang syarah beliau terhadap Shahih Imam Muslim rahimahullah."[9]
Syaikh Abdul Aziz Rajihi berkata :
النووي رحمه الله في شرح صحيح مسلم يؤول الصفات على طريقة الأشاعر
"Imam an Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menakwilkan sifat-sifat (Allah) sesuai dengan metode Asy'ariyah."[10]
Syaikh Abdul Karim al Khudari berkata :
النووي أشعري ويقرر عقيدة الأشاعرة في شرح مسلم بكل ما تتطلبه من أبواب العقيدة
“Nawawi adalah seorang Asy'ari, dan beliau menetapkan akidah Asy'ariyah dalam Syarh Shahih Muslim dengan mencakup seluruh bab akidah yang diperlukan."[11]
Muhammad bin Hadi al Madhali berkata :
كـذَّاب الذي يقول لك النووي سلفي، والله كَذَّاب حتى يموت كائنًا من كان، أشعريٌّ جلد
"Pendusta orang yang mengatakan kepadamu bahwa an Nawawi adalah seorang Salafi. Demi Allah, dia adalah pendusta, siapapun dia, hingga ia mati. (An Nawawi) adalah seorang Asy’ari tulen."[12]
Bersambung ke bagian ke IV : Imam Ibnu Hajar al Asqalani…
_______
[1] Tarikh al Islami (15/336)
[2] Thabaqat Syafi’iyyah (6/19)
[3] Yawaqit wa Durar (2/381)
[4] Bustan al Arifin hal. 79
[5] Tahdzib al Asma wa al Lughat (2/170)
[6] Thabaqat Asy-Syafi'iyah (10/397)
[7] Syarh Nawawi ‘ala Muslim (5/28)
[8] Jami’ Turats al Albani (6/163)
[9] Tahqiq Irsyad ath Thulab (1/31)
[10] Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 86
[11] Syarah Shahih Bukhari (4/23)
[12] H*tps://*pp.box.c*m/s/59q8z5h1kd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar